Jawaban untuk pertanyaan : “Apakah sepatu hak tinggi jelek untuk kesehatan Anda? ” mungkin saja terang untuk beberapa orang. Ada demikian banyak riset masalah bagaimana sepatu hak tinggi merubah kesehatan penggunanya, namun bebrapa penelitian itu begitu terkotak-kotak, biasanya konsentrasi pada trulum bebrapa gosip kesehatan khusus. Diluar itu, ada pula riset yang tunjukkan faedah kenakan sepatu hak tinggi.
Kami mengambil keputusan untuk menimbang banyak aspek yang terkait dengan sepatu hak tinggi serta lakukan pelajari systematis pertama atas riset tentang faedah serta bahaya kenakan sepatu hak tinggi.
Kami mengidentifikasi 506 riset tunggal tentang sepatu hak tinggi serta kesehatan, memisah 27 dari kajian-kajian itu, serta memasukkan 20 publikasi dalam sintesis bukti kami. Temuan kami, diterbitkan dalam jurnal BMC Public Health, tunjukkan bukti berkelanjutan yang mengkaitkan penggunaan sepatu hak tinggi dengan penambahan resiko bunion (bengkak pada ibu jari kaki yang dapat jadi radang), nyeri muskuloskeletal serta cedera pada pengguna. Beberapa dari cedera itu, seperti fraktur pergelangan kaki, sifatnya kritis serta memerlukan perawatan rumah sakit.
Meskipun demikian, perlu untuk dicatat kalau keseluruhannya resiko cedera tidak demikian berlebihan. Dalam sebagian masalah, orang menanggung derita cedera serius karna pemakaian sepatu hak tinggi, namun itu tidak umum serta bukti yang ada sekarang ini tidak tunjukkan kita butuh sangat cemas.
Sebagian studi tunjukkan kaitan pada penggunaan sepatu hak tinggi dengan osteoartritis namun pelajari kami merasakan kalau kaitan itu tidak memberikan keyakinan. Memanglah, terang kalau penggunaan hak tinggi yang seringkali relatif lebih merugikan kesehatan dalam periode panjang, sesaat hak yang tertinggi serta paling runcing erat hubungannya dengan cedera kritis, seperti fraktur pergelangan kaki.
Satu diantara unsur penggunaan sepatu hak tinggi yang seringkali diabaikan dalam perbincangan umum mengenai sepatu hak tinggi, namun yang kami pikirkan dalam studi kami, adalah faedah psikologis sepatu hak tinggi untuk penggunanya. Sukai atau tidak, sepatu hak tinggi adalah lambang seksualitas wanita moderen (heteronormatif).
Kami merasakan bukti berkelanjutan kalau penggunaan sepatu hak tinggi berikan faedah pada wanita dalam soal bagaimana mereka melihat kecantikan mereka sendiri, seberapa atraktifnya mereka untuk lelaki, dan kesediaan lelaki untuk menolong mereka, umpamanya dalam isi quesioner atau ambil sarung tangan yang jatuh. Oleh karenanya ada potensi dilema yang dihadapi wanita : kenakan sepatu hak tinggi dapat tingkatkan daya tarik mereka namun dapat pula merugikan kesehatan mereka.
Kebebasan memilih
Dalam hal semacam ini perlu untuk wanita untuk buat pilihan-pilihan sendiri, berdasar pada pengetahuan cukup detil. Kami harap, dengan meningkatnya kesadaran umum mengenai beberapa segi positif serta negatif penggunaan sepatu hak tinggi, orang dapat buat pilihan dengan sadar.
Untuk buat pilihan sekian, mereka mesti mengakali unsur-unsur mengakar dalam budaya yang menyarankan penggunaan sepatu hak tinggi jadi satu model atau sisi dari ketentuan berbusana yang dianjurkan. Kebebasan orang untuk pilih senantiasa di pengaruhi oleh sebagian harapan sosial. Tetapi, karena pengetahuan dari riset serta advokasi, ide kalau sepatu hak tinggi adalah hanya satu pilihan untuk wanita dalam kondisi profesional atau sosial yang berkelas mulai ditinggalkan.
Mengingat bukti kalau penggunaan yang makin seringkali makin merugikan kesehatan wanita, saran untuk wanita untuk menggunakan sepatu hak tinggi waktu bekerja begitu perlu untuk di hilangkan. Beberapa wanita, sudah pasti, bisa pilih mengenakannya bila ingin (terkecuali ada sebagian argumen pekerjaan khusus yang melarang penggunaan sepatu hak tinggi, umpamanya di pabrik).
Ada perkembangan yang riil dengan terdapatnya perusahaan-perusahaan yang menyingkirkan ketentuan yang mengharuskan pemakaian sepatu hak tinggi. Bahkan juga perubahan-perubahan kebijakan di beberapa perusahaan besar telah banyak dilaporkan di mass media. Meski sekian, sah tidaknya perusahaan mewajibkan wanita kenakan sepatu hak tinggi jadi sisi dari ketentuan berbusana tetaplah jadi masalah yang membingungkan. Yurisdiksi British Columbia di Kanada mengesahkan ketentuan perundang-undangan yang dengan spesial melarang majikan mengharuskan pegawai kenakan sepatu hak tinggi.
Di Inggris, pemerintah menampik saran seperti ini. Tetapi, bukanlah bermakna perusahaan bisa dengan legal mewajibkan wanita kenakan sepatu hak tinggi ditempat kerja. Bahkan juga, pernyataan yang ditulis pemerintah waktu itu terang menyebutkan kalau pemerintah menentang keharusan kenakan sepatu hak tinggi ditempat kerja. Tetapi pemerintah berpandangan kalau UU Kesetaraan 2010 dapat menghambat praktek ini dalam beberapa besar kondisi.
Undang-undang ini menyatakan kalau diskriminasi berdasar pada gender—yang biasanya mencakup kewajiban untuk wanita untuk kenakan suatu hal yang merugikan kesehatan mereka sesaat lelaki tidak—adalah perbuatan tidak mematuhi hukum.
Sayangnya, beberapa orang yang tidak tahu masalah ini. Oleh karenanya juga akan begitu berguna bila kita memperoleh keterangan lebih jauh mengenai bagaimana UU Kesetaraan itu dengan khusus terkait dengan penggunaan sepatu hak tinggi atau pemberlakuan ketentuan perundang-undangan spesial untuk menghindar keharusan penggunaan sepatu hak tinggi ditempat kerja.
Kejelasan dalam problem ini begitu perlu untuk perlindungan pada kesehatan perempuan—dan sudah pasti siapapun yang kenakan sepatu hak tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar